Bulan Februari 1855 mereka berangkat dari Ternate dengan menumpang kapal layar “ Ternate” Ketika matahari terbit, bayangan gunung Arfak mulai nampak dan teluk yang tenang diiringi nyanyian ombak menghantarkan Perahu layar Ternate yang membawa kedua utusan Injil di teluk Doreh Manokwari, di mana sauh tujuan akan di labuhkan, Hutan yang membisu lagi menyeramkan dan Pulau Mansinam yang menjandi saksi pijakan kaki para hamba Nya untuk pertama kali , “ Dengan Nama Tuhan kami menginjak tanah ini “ Demikianlah Doa sulung ke dua utusan Injil itu ketika tiba di tepi pantai Pulau Mansinam Tanggal 5 Februari 1855. Cahaya dan embun sorgawi turunlah sudah hendak menyinari kekelaman dan kelam kabut Tanah ini. Mereka datang dengan satu tekad bahwa injil Kristus harus disampaikan pada orang Papua.
Tujuan kedua penginjil ini tercapai , Injil Tuhan telah mencapai tanah kekafiran , namun tantangan mulai terasa. Tak ada seorang pun yang menyapa mereka, mereka hanya seorang diri, berada di dalam kepercayaan itu. Orang Mansinam menganggap kedua orang ini berasal dari dunia lain (Dunia aibu) karena kulit mereka putih.
Banyak kesulitan yang dihadapi kedua zendeling ini, disebabkan karena, Penduduk Mansinam dan Manokwari belum dapat menerima Ottow dan Geissler, disebabkan kapercayaan animisme / dinamisme yang kuat Penduduk juga belum mengerti pekerjaan dan apa tujuan kedatangan kedua utusan tersebut. Gambaran dari kedua utusan sewaktu di tanah Jerman tentang sistim kehidupan penduduk New Guinea ternyata jauh berbeda dari apa yang mereka alami saat itu, penduduk belum memerlukan hasil pertukangan mereka, akhirnya sering terjadi salah paham dalam pemberitaan injil
Akibatnya Ottow dan Geissler harus bekerja sendiri, membuka hutan sendiri, membuat rumah sendiri dan banyak pekerjaan lain yang harus mereka kerjakan sendiri, bahkan apabila mengalami kesakitan dan kesulitan haruslah berusaha sendiri agar dapat terlepas dari kesulitan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar