Para sending menghadapi tantangan “kekafiran”, pemujaan patung – patung roh, pesta – pesta pemujaan untuk orang mati dan sebagai nya, dimana nyanyian – nyanyian penduduk dinyanyikan pada waktu malam terang bulan sepanjang pantai. Ini harus di hentikan, dan sebagai langkah awal Geissler tidak membeli sesuatu dari penduduk pada hari minggu, kecuali mereka yang datang minta obat dilayani dengan catatan mengikuti kebaktian gereja. Ottow dan Geissler mengajarkan mereka tentang “Iman berdasarkan pendengaran.” Geissler dengan keras dalam khotbahnya melarang penyembahan berhala dan pendirian tempat – tempat pemujaan Roh ( Rumsram ) benda skral (patung – patung ) yang tidak ada gunanya.
Namun rakyat tidak menerima nya, kata mereka roh – roh orang mati, rumah iblis, patung – patung itu hanya orang asing saja yang tidak percaya, dan mereka meminta kepada Geissler untuk mengusahakan orang – orang mati mereka bangkit, baru mereka dapat serahkan Korwar (Patung – patung ) dan hanya mengikuti ibadah hari minggu.
Selain penyembahan berhala, pengayauan, membalas dendam setelah satu peristiwa kematian, masalah suanggi (Orang hidup yang memegang kuasa jahat) di mana ibu – ibu tua yang tidak berdosa kadang di bunuh, karena di curigai sebagai suanggi, perburuan budak yang mengakibatkan kepedihan dan kecemasan bagi perintis pekabaran injil.
Ottow dan Geissler pernah menebus beberapa budak orang Numfor. Faktor bahasa membuat orang malas hadir dalam ibadah hari minggu, jika Ottow dan Geissler menggunakan bahasa Numfor, maka orang tidak mau hadir lagi, karena mereka merasa malu mendengar bahasa ini.
Hal ini baru diketahui beberapa tahun kemudian
Kebiasaan membunuh orang yang kapal nya kandas (Karam) dan merampok barang – barang nya. Orang kampung menganggap bahwa orang yang karam itu mendapat kutukan sehingga malapetaka tersebut berasal dari roh– roh jahat. Ottow dan Geissler pernah dua kali menyelamatkan beberapa orang Eropa yang kapal nya karam, namun sebagian besar di bunuh oleh rakyat. Karena jasa nya itu mereka memperoleh penghargaan dari pemerintah dan menerima gaji setiap bulan sebesar f 50 (lima puluh gulden).
Kebiasaan membunuh orang yang kapal nya kandas (Karam) dan merampok barang – barang nya. Orang kampung menganggap bahwa orang yang karam itu mendapat kutukan sehingga malapetaka tersebut berasal dari roh– roh jahat. Ottow dan Geissler pernah dua kali menyelamatkan beberapa orang Eropa yang kapal nya karam, namun sebagian besar di bunuh oleh rakyat. Karena jasa nya itu mereka memperoleh penghargaan dari pemerintah dan menerima gaji setiap bulan sebesar f 50 (lima puluh gulden).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar