Syaloom
Saya mengutip apa yang dikatakan, Pdt. I.S. KIJNE dalam pidatonya pada saat berdirinya GKI di NEW GUINEA , tanggal 26 Oktober 1956. KIJNE mengulangi kata-kata Pdt. Frans Van Hasselt yang mengaku bahwa kita yang bekerja diantara bangsa Papua harus memperhatikan dua hal :
Pertama : Panggilan bangsa ini yang belum kita lihat.
Kedua : Barang siapa yang bekerja di tanah ini dengan sabar,jujur dan dengar-dengaran pada Firman Allah , akan berjalan dari pendapatan heran kepada pendapatan heran dan itulah yang menentukan perkembangan. Di tanah ini kita dapat memegang kemudi; tetapi bukan kita yang menentukan angin dan arus.
Para zendeling memang sangsi dan bimbang lalu bertanya; Mungkinkah nanti di New Guinea akan terbentuk jemaat-jemaat yang berdiri sendiri ? Mungkinkah nanti di New Guinea mendapat Pendeta-pendeta Papua ? Mereka kecewa, dan rindu akan pembaharuan.
Dua orang pemuda asal Jerman dan Belanda yang setia dan rendah hati membuat sejarah baru yang telah berurat akar di Tanah Papua, juga kecewa dan rindu pembaharuan itu. Ottow mengeluh dalam doa pembaringannya kepada Allah : Saya rindu, semoga didalam surga nanti saya dapat melihat satu orang Papua, yang diselamatkan karena pekerjaan zending.
Saudara, kita ada pada zaman yang sulit sukar. Kita menghadapi tantangan terbesar ada pada diri kita sendiri, lalu keluarga dan lingkungan pergaulan kita kemudian kita juga dipengaruhi oleh perkembangan lain diberbagai tempat. Saya secara pribadi bersusah hati dan merasa bersalah pada Tuhan Yesus Kristus Gembala yang agung itu dan kepada semua saudara, dan hampir setiap hari dalam periode pelayanan ini saya mengeluh pada Tuhan, mungkin juga meratap, sebab ada banyak pekerjaan yang tidak dikerjakan. Saya mencatat beberapa hal yang menjadi beban kita bersama dalam pelayanan di Klasis ini, yaitu :
Kita mengalami krisis keteladanan. Orang tua dan orang dewasa tidak menjadi teladan yang baik bagi orang muda, remaja dan anak-anak, keluarga-keluarga kita dalam jemaat-jemaat di Klasis ini belum menjadi basis pertama dan utama dalam pekabaran injil dan pembinaan jemaat.
Saya mengutip apa yang dikatakan, Pdt. I.S. KIJNE dalam pidatonya pada saat berdirinya GKI di NEW GUINEA , tanggal 26 Oktober 1956. KIJNE mengulangi kata-kata Pdt. Frans Van Hasselt yang mengaku bahwa kita yang bekerja diantara bangsa Papua harus memperhatikan dua hal :
Pertama : Panggilan bangsa ini yang belum kita lihat.
Kedua : Barang siapa yang bekerja di tanah ini dengan sabar,jujur dan dengar-dengaran pada Firman Allah , akan berjalan dari pendapatan heran kepada pendapatan heran dan itulah yang menentukan perkembangan. Di tanah ini kita dapat memegang kemudi; tetapi bukan kita yang menentukan angin dan arus.
Para zendeling memang sangsi dan bimbang lalu bertanya; Mungkinkah nanti di New Guinea akan terbentuk jemaat-jemaat yang berdiri sendiri ? Mungkinkah nanti di New Guinea mendapat Pendeta-pendeta Papua ? Mereka kecewa, dan rindu akan pembaharuan.
Dua orang pemuda asal Jerman dan Belanda yang setia dan rendah hati membuat sejarah baru yang telah berurat akar di Tanah Papua, juga kecewa dan rindu pembaharuan itu. Ottow mengeluh dalam doa pembaringannya kepada Allah : Saya rindu, semoga didalam surga nanti saya dapat melihat satu orang Papua, yang diselamatkan karena pekerjaan zending.
Saudara, kita ada pada zaman yang sulit sukar. Kita menghadapi tantangan terbesar ada pada diri kita sendiri, lalu keluarga dan lingkungan pergaulan kita kemudian kita juga dipengaruhi oleh perkembangan lain diberbagai tempat. Saya secara pribadi bersusah hati dan merasa bersalah pada Tuhan Yesus Kristus Gembala yang agung itu dan kepada semua saudara, dan hampir setiap hari dalam periode pelayanan ini saya mengeluh pada Tuhan, mungkin juga meratap, sebab ada banyak pekerjaan yang tidak dikerjakan. Saya mencatat beberapa hal yang menjadi beban kita bersama dalam pelayanan di Klasis ini, yaitu :
Kita mengalami krisis keteladanan. Orang tua dan orang dewasa tidak menjadi teladan yang baik bagi orang muda, remaja dan anak-anak, keluarga-keluarga kita dalam jemaat-jemaat di Klasis ini belum menjadi basis pertama dan utama dalam pekabaran injil dan pembinaan jemaat.
Ada banyak kejahatan dalam jemaat-jemaat di Klasis ini, seperti; Seks bebas, pornografi ( dalam bentuk gambar ataupun Film ), aborsi, banyak saudara-saudara perempuan kita yang terpaksa melacur, bersedia diboking untuk bisa dapat uang mereka jadi pekerja seks komersil liar, tetapi juga perilaku seks kita yang tidak bertanggung jawab, miras/milo, judi, togel, perkelahian, pertengkaran, penggunaan kuasa-kuasa gelap, ibadah menjadi tidak jalan baik dan banyak lagi persoalan kita. Banyak diantara kita yang lagi cari pekerjaan tetap, putus sekolah diberbagai jenjang, tidak memiliki ketrampilan khusus yang dapat dijadikan modal bekerja dan berusaha.
Ibadah-ibadah unsur dan juga ibadah jemaat hampir-hampir tidak punya kekuatan yang dapat menegur, mengingatkan, menguatkan dan membimbing orang pada perjumpaan pribadi dengan Yesus.
Para pelayan dalam jemaat ini cenderung puas dengan pelayanan selama ini dan beranggapan kita adalah jemaat yang menjadi ukuran / barometer pada GKI di Tanah Papua. Tidak saudara, kita bukan ukuran yang baik untuk pelayanan, sebaliknya. Kita GKI berada di persimpangan jalan, apakah kita akan melangkah maju menuju reformasi, pembaharuan, pemulihan ataukah kita tetap bertahan dengan gaya hidup dan pelayanan kita yang tidak menolong pertumbuhan iman jemaat.
Satu hal yang selalu menghalangi pelayanan kita yaitu kesombongan rohani kita, tidak bersedia mendengar suara Tuhan, dalam diri jemaat yang tercecer dilabuhan kasih. Ibadah kita mendukacitakan Tuhan dan barangkali saja Tuhan menolak ibadah kita, Kita bangga dengan uang setoran wajib, dan dengan tabungan yang banyak di Bank, tetapi kita melupakan jiwa yang mesti diselamatkan. Saya susah karena Bendahara Jemaat mengukur pelayanan kita dengan jumlah uang yang diberikan dan berapa banyak orang yang datang pada setiap kali kegiatan, walau saya juga mesti mengakui belum tertib / kurang bertanggung jawab memberi laporan rutin keuangan. Saya menyampaikan hal-hal ini tidak berarti mengecilkan makna pekerjaan pelayanan selama ini, tetapi itulah keadaan kita yang sebenarnya.
Karena itulah mengapa kegiatan ini dibuat. Pemuda, remaja dan anak-anak mesti menjadi pembaharu dalam keluarga dan jemaat, dengan memakai karunia / talenta yang dimiliki.
Dan tugas Badan Pelayan adalah mencari, menemukan, mengembangkan dan memakai talenta itu dalam pelayanan di jemaat-jemaat di Klasis ini. Kita bersyukur karena kita yang mestinya binasa, karena segala kesalahan dan dosa kita, tetapi kita dilayakan menjadi milik Yesus, itulah visi pelayan yang mesti kita kerjakan, yaitu tiap orang muda dalam jemaat ini menjadi milik Yesus, dan tiap orang muda yang telah menjadi milik Yesus tidak berdiam diri tetapi aktif bekerja, supaya wajah Yesus menjadi nampak bagi banyak orang ditanah dan negeri ini, yang telah dibayar mahal dengan darah anak domba Allah Yesus Kristus dan darah semua orang saleh yang bekerja ditanah dan negeri ini. Saya ber utang kasih pada semua Bapak / Ibu saudara yang bersedia membantu /menolong pekerjaan ini. Terima kasih.
Sahabat dan saudaramu dalam pergumulan dan Pelayanan,
amin
BalasHapus